PRESS RELEASE

11
Feb

Negara-Negara Asia Tenggara Tampil sebagai Pemimpin dalam “Agility Emerging Markets Index”

Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam berada di posisi terdepan dalam indeks logistik dunia

Bahasa Indonesia

BAAR, Swiss, 11 Februari 2020 /PRNewsGIG/ — Negara-negara Asia Tenggara mengungguli sebagian besar kawasan berkembang lain dalam pemeringkatan tahunan “11th Agility Emerging Markets Logistics Index”. Pemeringkatan ini mengukur beragam daya saing negara berdasarkan keunggulan logistik dan fundamental bisnis.

Iklim usaha yang baik dan kekuatan inti menempatkan negara-negara Asia Tenggara di posisi teratas dalam pemeringkatan tersebut. Posisi sejumlah negara ini berada di belakang Tiongkok (1) dan India (2).

Pemeringkatan tersebut memuat daftar 50 negara berdasarkan daya tariknya bagi penyedia jasa logistik, freight forwarder, penyedia jasa kargo laut, kargo udara, serta distributor. Di antara negara-negara ASEAN, Indonesia (4), Malaysia (5), Thailand (9) dan Vietnam (11) memiliki posisi yang baik. Filipina berada di posisi 22 dalam pemeringkatan tahun ini.

Di tengah hangatnya situasi perdagangan Amerika Serikat-Tiongkok, kian banyak responden survei memilih Vietnam sebagai basis produksi ketimbang negara-negara lain jika perusahaan mereka keluar dari Tiongkok. Tahun lalu, 56% praktisi logistik menilai, sejumlah negara Asia Tenggara kelak diuntungkan dari situasi perdagangan Amerika Serikat-Tiongkok. Namun, persentase tersebut telah berkurang menjadi 42% pada 2020.

Andy Vargoczky, SVPSales & Marketing Asia-Pacific, Agility GIL, menyebutkan, ketergantungan ASEAN terhadap pasar ekspor Eropa dan Amerika Utara telah berkurang. Hal ini terjadi sebab negara-negara di kawasan ini semakin mapan, terpadu, serta lebih banyak mengonsumsi barang-barang yang dibuat di negaranya sendiri. Asia Tenggara juga kian mengandalkan sektor jasa untuk pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja.

“Negara-negara ASEAN tampil dengan baik, bahkan di tengah kondisi ketidakpastian dunia,” ujar Vargoczky. “Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam termasuk atau hampir berada di jajaran 10 besar. Posisi negara-negara ini bertambah penting dalam rantai pasokan dan transportasi global.”

Survei tahunan Agility menjajaki pendapat 780 praktisi rantai pasokan barang. Secara keseluruhan, hasil survei mencerminkan pesimisme tentang perekonomian dunia. Sebanyak 64% responden menilai resesi global mungkin terjadi, sementara, hanya 12% responden yang tidak memperkirakan terjadinya resesi. Tekanan terhadap volume perdagangan global, tidak pastinya prospek pertumbuhan, serta panasnya situasi perdagangan Amerika Serikat dan Tiongkok menjadi sejumlah alasan yang melatarbelakangi pesimisme tersebut. 

Di antara 50 negara, Tiongkok, India, dan Indonesia menduduki posisi terbaik dalam sektor logistik domestik. Lebih lagi, Tiongkok, India, dan Meksiko tampil sebagai pemimpin di sektor logistik internasional, sedangkan, Vietnam berada di posisi ke-4, Indonesia di posisi ke-5, serta Thailand di posisi ke-6. Uni Emirat Arab, Malaysia, dan Arab Saudi memiliki fundamental bisnis terbaik.

Ringkasan Indeks dan Survei 2020

•  Tiongkok dan India memuncaki peringkat 2020 berdasarkan skala dan keunggulannya di pasar logistik internasional serta domestik. Namun, kedua negara ini masih kalah bersaing dengan negara-negara yang lebih kecil dalam hal fundamental bisnis. Aspek fundamental bisnis mengukur negara-negara menurut iklim regulasi, dinamika kredit dan utang, konsistensi dalam penerapan kontrak, perlindungan terhadap antikorupsi, stabilitas harga, serta akses pasar. Untuk aspek tersebut, Tiongkok berada di posisi ke-8 dan India di posisi ke-18.

•  Responden survei menilai India sebagai pasar dengan potensi terbesar ketimbang Tiongkok, pilihan mereka yang kedua. Dalam hal iklim usaha, posisi beberapa negara berubah drastis: Mesir naik 10 peringkat ke urutan 17; Ukraina naik 10 peringkat ke urutan 27; Ghana turun 13 peringkat ke urutan 32; serta Iran turun 12 peringkat ke urutan 38.

•  Mesir, meski sempat mengalami kerusuhan sosial pada 2019, menunjukkan peningkatan pada seluruh indeks. Untuk indeks keseluruhan, Mesir naik enam peringkat ke urutan 20, sedangkan, peringkat Mesir dalam hal fundamental bisnis naik 10 peringkat (urutan 20), lalu peringkat Mesir naik enam peringkat dalam indeks peluang domestik (13), serta naik lima peringkat dalam indeks peluang internasional (23).

•  Tiga faktor utama yang menghambat usaha-usaha kecil dalam perdagangan global ialah birokrasi perdagangan (17%), instabilitas pemerintah/batas negara (14%), serta ketidakmampuan untuk menghadapi pesaing yang lebih besar (14%). Hal-hal ini merupakan pendapat dari praktisi di sektor rantai pasokan barang.

•  Meski merasa yakin bahwa resesi akan terjadi, negara-negara berkembang diperkirakan tumbuh 3,7% pada 2019. Sementara, IMF memprediksi pertumbuhan negara-negara berkembang kelak mencapai 4,4% pada 2020. Untuk faktor-faktor pendorong pertumbuhan tersebut, 23% responden menyebutkan modernisasi sistem dan proses kepabeanan, 18% menilai lonjakan penetrasi internet, 16% menganggap modernisasi sistem penyedia logistik  (WMS, TMS, dan lain-lain), serta 15% responden menilai naiknya penggunaan dan modernisasi sistem pembayaran daring.

•  Lima “megalopolitan” utama yang menjadi pusat logistik di sejumlah negara berkembang adalah Shanghai, New Delhi, São Paulo, Jakarta dan Mexico City. Megalopolitan—wilayah perkotaan dengan populasi sebanyak 10 juta atau lebih—membutuhkan dukungan logistik yang besar untuk memenuhi kebutuhan domestik, serta menjalankan perdagangan.

•  Layanan e-commerce disebut sebagai jasa logistik yang paling berpotensi untuk menjaga atau meningkatkan pertumbuhan, jauh lebih penting dibandingkan jasa-jasa lain seperti pengiriman kilat domestik (domestic last-mile delivery) dan pengiriman paket ekspres internasional.

•  Menurut survei tersebut, negara-negara yang kurang berpotensi sebagai pasar logistik pada 2020 ialah Syria, Iran, Venezuela, Irak dan Libya.

2020 Agility Emerging Markets Logistics Index”: www.agility.com/2020index

Tentang Agility

Agility ialah perusahaan logistik global dengan pendapatan tahunan senilai US$ 5,1 miliar dan 26.000+ pegawai di lebih dari 100 negara. Agility menjadi salah satu penyedia jasa freight forwarding dan logistik berdasarkan kontrak yang terkemuka di dunia, serta pemimpin dan investor teknologi untuk meningkatkan efisiensi rantai pasokan barang. Agility merupakan pelopor di sejumlah pasar berkembang dan salah satu pemilik dan pengembang pergudangan serta kawasan industri berskala kecil dari sektor swasta di Timur Tengah, Afrika dan Asia. Beberapa anak usaha Agility menawarkan jasa logistik pada sektor bahan bakar, layanan bandara, real estat komersial dan pengelolaan fasilitas, digitalisasi kepabeanan, serta layanan infrastruktur di daerah pelosok.

Untuk informasi lebih lanjut tentang Agility, silahkan mengunjungi www.agility.com
Twitter: twitter.com/agility
LinkedIn: linkedin.com/company/agility
YouTube: youtube.com/user/agilitycorp

Catatan bagi redaktur: Klik di sini untuk mengunduh sejumlah foto

NARAHUBUNG: Sabrina Mundy, Man Bites Dog, +44 1273 716 826, teamagility@manbitesdog.com

Skip to content